Firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
(At-Tahrim: 6)
Daripada Zaid bin Aslam berkata: Rasulullah saw telah membaca ayat ini: “Peliharalah diri mu dan keluargamu daripada api neraka”.Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana kami dapat memelihara keluarga kami dari api neraka?. Nabi menjawab: “Kamu menyuruh mereka mengerjakan perkara yang disukai Allah dan kamu menegah mereka melakukan perkara yang dibenci Allah”.
(Ad-Dur al-Mantsur)
Orang Islam yang membaca ayat ini pasti dapat melihat dengan jelas kewajipannya terhadap ahli keluarganya termasuk anak dan isterinya. Seandainya ia berusaha memberi jaminan suatu kehidupan yang baik kepada mereka yang ditanggungnya berupa perkara daruriyyat (perkara asas), kamaliyyat (pelengkap)dan ihtiyajat (keperluan)..berpunca dari kepercayaannya tentan peri pentingnya jaminan masa depan mereka dari segi harta benda bagi membantu mereka menghadapi apa jua yang berlaku pada esok hari. Ia menyembah Allah hingga Allah tidak menghilangkan orang yang ditanggungnya dan ia melaksanakan hal ini kerana sabda nabi saw:
“Ketahuilah setiap kamu adalah penggembala (pemimpin), dan setiap kamu akan ditanya (bertanggungjawab) terhadap orang yang dipimpinnya. Imam (pemimpin) bagi orang ramai adalah pengembala yang akan ditanya tentang rakyat (yang dipimpinnya). Lelaki adalah penjaga terhadap ahli keluarganya yang akan ditanya tentang orang di bawah jagaannya”.
(Bukhari dan Muslim)
Seandainya dalam hal memenuhi ihtiyajah duniawi menjadi wajib, sudah tentulah lebih besar kewajipan dalam memelihara dan menjamin masa depan yang lebih baik untuk mereka di akhirat nanti. Iaitu dengan cara memelihara mereka daripada api neraka dan memimpin mereka ke syurga yang mempunyai sungai-sungai yang mengalir di bawahnya. Syurga suatu tempat yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia. Semua ini ttidak akan tercapai melainkan dengan memimpin mereka kepada ketaatan dan beramal soleh serta mengingatkan mereka supaya menjauhi perbuatan maksiat dan mungkar. Dari Mujahid yang menafsirkan ayat yang lepas: “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berpesanlah kepada kaum keluargamu supaya bertakwa kepada Allah. Menurut Qatadah: “Ayat itu memerintahkan supaya bertakwa kepada Allah dan melarang dari melakukan maksiat, memimpin kaum keluarga supaya melaksanakan perintah Allah dan menyuruh mereka menjauhi laranganNya serta membantu mereka menyempurnakannya. Apabila kamu lihat mereka melakukan maksiat kepada Allah, tegahlah dan larang mereka”.
(Tafsir Ibn Kathir)
Anak yang taatkan Allah sebagai penyenang hati
Penyenang hati mukmin dengan anak-anak dan keluarganya tidak akan lengkap kecuali apabila mereka berada dalam ketaatan kepada Allah. Penyejuk hati tidak akan tercapai kecuali apabila mereka termasuk dalam golongan yang baik dan bertakwa, bahkan untuk mencapainya orang mukmin mestilah meminta pertolongan Allah dengan cara berdoa.
Firman Allah:
“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
(Al-Furqan: 74)
Imam Ibn Kathir berkata: “Iaitu orang-orang yang memohon kepada Allah supaya mengeluarkan dari keturunan mereka zuriat yang mentaati dan menyembahNya sahaja tanpa mensyirikkanNya dengan sesuatu”. Menurut Ibn Abbas: “Bermaksud orang yang beramal untuk mentaati Allah supaya menyenangkan hati mereka di dunia dan akhirat”. Ikrimah berkata: “Mereka bukan inginkan zuriat yang cantik dan menarik, tetapi mereka inginkan zuriat yang mentaati perintah Allah”.
(Tafsir Ibn Kathir)
Petunjuk dari para Nabi di mana mereka sentiasa meminta anak yang soleh
Berdasarkan petunjuk para anbiya’ ketika meminta anak kepada Allah supaya menjadi anak yang baik dan soleh.
Doa nabi Ibrahim di dalam ayat:
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ (99) رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100
“Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya Aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”.
(Shoffat: 99-100)
Begitu juga doa nabi Ibrahim dalam ayat:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku:”. (Ibrahim: 40)
Doa nabi Zakaria a.s dalam ayat:
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah Aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". (Ali-Imran: 38)
Kesejahteraan zuriat terhasil daripada doa para salihin
Orang muslim ketika meniti hari tua dan merasai ajal yang semakin dekat, meminta Allah menunjuki jalan mensyukuri segala keseronokan dan pelbagai nikmat yang telah diterima dan memperolehi kebaikan dari zuriat yang soleh.
Firman Allah:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (Al-Ahqaf: 15)
Kerugian keluarga di akhirat adalah kerugian yang nyata
Berapa banyak kerugian yang paling dahsyat dan kerugian yang paling besar ketika melihat diri dan keluarganya dihumbankan ke dalam api neraka.
“Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk Karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. dan orang-orang yang beriman berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada hari kiamat. Ingatlah, Sesungguhnya orang- orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal”. (As-Syura: 45)
Bahkan inilah kerugian yang nyata bagi mereka.
Firman Allah:
“Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”.
(Az-Zumar: 15)
Menurut Ibn Kathir: “Iaitu mereka akan terpisah. Mereka tidak akan bertemu selama-lamanya, sama ada keluarga mereka telah pergi ke syurga atau mereka telah pergi ke neraka, atau mereka semua tinggal di dalam neraka. Mereka tidak akan berjumpa dan tidak akan bergembira”.
(Tafsir Ibn Kathir)
Pertemuan semua anggota keluarga yang soleh di dalam syurga
Berapa banyak kebahagiaan muslim yang melimpah dan kegembiraan yang berpanjangan ketika Allah mempertemu dan mengumpulkan seluruh anggota keluarganya di akhirat yang selama ini anak cucu mereka menuruti ajaran dan landasan para bapa dan moyang mereka yang soleh dan sentiasa menunjuk ajar mereka. Firman Allah:
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”.
(At-Tuur: 21)
Dari Ibn abbas r.a yang diriwayatkan secara marfu’ dari nabi saw yang bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat zuriat mukmin beberapa darjat di mana mereka telah berusaha untuk menjadikan mereka sebagai penyenang hati, kemudian membaca ayat: “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan”. dan berkata: Kami tidak mengurangi sedikitpun apa yang diberi oleh bapa-bapa kami”.
(Ad-Dur al-Mantsur)
Dari Said bin Jubai r.a berkata: Seorang lelaki memasuki syurga, lalu bertanya, manakah ibuku? Manakah anakku? Manakah isteriku?..Lalu dikatakan kepadanya: “Mereka tidak beramal seperti amalanmu”. Lelaki itu berkata pula: “Aku telah beramal untuk diriku dan diri mereka semua”. Kemudian ia membaca ayat: “(yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu”.
(Ar-Ra’d: 23)
Iaitu sesiapa yang mentauhidkan Allah selepas mereka.
--------------
Terjemahan dari http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=70382&SecID=363